Hoax atau Fakta: Larangan Bagi Wanita Hamil Memelihara Kucing

[dipi_image_mask image=”@ET-DC@eyJkeW5hbWljIjp0cnVlLCJjb250ZW50IjoicG9zdF9mZWF0dXJlZF9pbWFnZSIsInNldHRpbmdzIjp7fX0=@” shape=”Shape37″ shape_scale_x=”1.09″ shape_scale_y=”0.92″ image_horz=”-3″ image_vert=”166″ layer_1_enable=”on” layer_1_background_color=”#f2e9e6″ layer_2_enable=”on” docration_element_1=”DottedShape” layer_2_background_color=”gcid-95a05b24-2c6b-4231-bd6b-8fb74c086724″ layer_2_horz=”55%” layer_2_vert=”-14%” layer_2_scale=”0.61″ layer_3_enable=”on” docration_element_2=”AbstractCircle” layer_3_background_color=”#F5ECE8″ layer_3_horz=”-29%” layer_3_vert=”38%” layer_3_scale=”0.6″ _builder_version=”4.18.0″ _dynamic_attributes=”image” _module_preset=”default” custom_margin=”-100px||||false|false” custom_margin_tablet=”-100px||||false|false” custom_margin_phone=”-50px||||false|false” custom_margin_last_edited=”on|phone” global_colors_info=”{%22gcid-95a05b24-2c6b-4231-bd6b-8fb74c086724%22:%91%22layer_2_background_color%22%93}”][/dipi_image_mask]
Banyak orang yang melarang wanita hamil memelihara kucing karena takut bisa terkena Toxoplasma. Tapi apa hal ini memang terbukti secara medis?

Artikel ditulis oleh:

Avatar photo
Hario Dhanar
Published on 12 Desember 2022
Last Updated on 21 Januari 2023
Daftar Isi buka

“Eh, ngga boleh ya wanita hamil memelihara kucing!”

“Awas, jangan pelihara kucing, nanti kamu bisa susah hamil loh!”

“Kamu kan baru hamil, jangan pelihara kucing nanti bayimu bisa cacat.”

Begitulah kata banyak orang. Dari orang tua kita dulu, hingga masyarakat sekarang, kita akan sering mendengar larangan bagi wanita hamil memelihara kucing.

Hal itu didasari pada anggapan bahwa kucing sebagai hewan penular penyakit berbahaya yaitu toksoplasma.

Jika seorang wanita terkena toksoplasma dari kucing, maka ia akan sulit untuk hamil atau jika sudah hamil maka bisa membahayakan janin yang ada di dalam perut.

Tidak sedikitnya kaum hawa yang menghindari kucing atau ragu-ragu apabila ingin memeliharanya membuat pertanyaan apakah wanita boleh memelihara kucing atau tidak masih menjadi perdebatan.

Lalu, bagaimana jika sudah terlanjur dipelihara? Apakah ketika ingin hamil atau tengah hamil, kucing tersebut harus diberikan kepada orang lain, atau sebaiknya dibuang saja?

Untuk bisa menjawab kekhawatiran itu, kita perlu tahu dulu apa itu toksoplasma, bagaimana ia bisa menjangkiti kucing, apa yang mesti kita lakukan pada kucing kita nantinya, serta apa yang harus dilakukan jika terkena toksoplasma.

Simak ulasan lengkap yang telah tim Dokterpet himpun disini!

Mari mengenal apa itu Toksoplasma terlebih dahulu 🤔

Sebelum kita masuk ke pembahasan apakah wanita hamil memelihara kucing itu boleh atau tidak, kita perlu memahami hal dasar yang menyebabkan kekhawatiran itu, yakni penyakit berbahaya yang katanya ditularkan oleh kucing yaitu Toksoplasma.

Sebenarnya apa sih toksoplasma itu?

Toksoplasma merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit yang bernama Toksoplasma gondii (T.gondii)

toksoplasmosis - Hoax atau Fakta: Larangan Bagi Wanita Hamil Memelihara Kucing

Parasit T.gondii ini menjangkiti sebagian besar hewan berdarah panas, termasuk manusia baik pria maupun wanita karena manusia juga makhluk berdarah panas. Dari sekian banyak inang yang dijangkiti, kucing merupakan inang terbaik bagi parasit T.gondii ini.

Dimanakah toksoplasma ini bersarang dalam tubuh inangnya?

Toksoplasma yang menjangkiti kucing masuk ke dalam saluran pencernaannya dan akan keluar melalui kotoran kucing, sedangkan pada manusia ia akan menetap di dalam otot, otak, mata, atau otot jantung.

Toksoplasma dalam tubuh kucing tidak akan mengganggu inangnya sehingga kucing akan tetap baik-baik saja, lain halnya jika toksoplasma menular ke manusia.

Manusia yang punya imun tubuh yang kuat dan sehat ketika terkena toksoplasma tidak akan menimbulkan gejala apa-apa, akan tetapi bagi mereka yang imun tubuhnya lemah atau rendah serta pada ibu hamil maka bisa menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

Sayangnya, manusia seringkali tidak menyadari kalau ia sudah terkena toksoplasma. Untuk tahu terkena atau tidaknya, kita harus memeriksakan diri ke dokter.

Kok bisa toksoplasma kucing menular ke manusia?

Sebenarnya toksoplasma bisa menginfeksi ke kucing kalau ia memakan hewan lain seperti tikus, burung, atau hewan kecil lainnya yang terlebih dahulu terkena toksoplasma.

Jadi parasit yang ada di inang sebelumnya berpindah ke dalam tubuh kucing kita. Karena tikus merupakan hewan yang cepat berkembang biak dan sering kali terlihat berkeliaran di sekitar rumah, so jangan biarkan kucingmu memakan tikus ya.

Terus bagaimana ceritanya dari kucing bisa menularkan toksoplasma ke manusia?

Kucing menularkan toksoplasma ke manusia lewat feses atau kotorannya.

Jika manusia menyentuh kotoran kucing secara tidak sengaja saat membersihkan kotorannya dan tidak segera cuci tangan lalu tangan tersebut menyentuh mulut, maka parasit toksoplasma bisa masuk ke dalam tubuh manusia.

Jadi, anggapan bahwa kucing menularkan toksoplasma melalui bulunya, gigitannya ataupun cakarannya itu nggak benar ya.

Meski gigitan kucing tidak menularkan toksoplasma tapi bisa menimbulkan penyakit lainnya. Karena itu jangan anggap remeh gigitan kucing ya.

Ada nggak cara penularan toksoplasma selain dari kucing?

Jawabannya ada ya! Kucing melalui kotorannya hanyalah salah satu faktor penularan toksoplasma ke manusia.

7 Hal penyebaran toksoplasma ke manusia

  1. Menyentuh tanah yang sudah terkontaminasi kotoran kucing saat berkebun.
  2. Memakan buah atau sayuran yang tidak dibersihkan terlebih dahulu.
  3. Memakan daging mentah atau setengah matang.
  4. Meminum susu kambing yang belum melalui proses pasteurisasi atau diolah terlebih dahulu.
  5. Menerima transfusi darah atau donor organ yang telah terinfeksi dengan toksoplamosis.
  6. Menggunakan peralatan bekas terkena daging hewan yang terkena infeksi tokso, serta
  7. Ibu hamil yang menularkan toksoplasma ke janinnya melalui plasenta.

Tunggu dulu.. Gimana dengan ibu menyusui? Apakah asi bisa menularkan toksoplasma ke bayi?

Nah, pertanyaan ini nggak kalah pentingnya.

Kira-kira parasit tokso ini bisa menular melalui asi atau nggak ya?

Dilansir dari Central for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan kalau secara teori toksoplasma bisa berpindah dari si ibu ke bayi melalui asi apabila puting susu sang ibu mengalami pembengkakan hingga berdarah.

menyusui bayi tidak menularkan virus toxoplasma

Namun sejauh ini, belum ada studi kasus yang mencatat adanya perpindahan toksoplasma dari ibu ke bayi melalui asi

Siapa saja sih yang bisa mengalami resiko akibat toksoplasma ini?

Tentu saja yang paling dikhawatirkan terkena toksoplasma adalah wanita hamil. Sebab pengaruhnya tidak hanya ke wanita itu saja tetapi juga pada janin yang ada di dalam perut.

Ingat nggak tadi kalau toksoplasma bisa menular dari sang ibu ke janin melalui plasenta.

Resiko yang dialami sang bayi dalam perut bisa berupa keguguran di awal kehamilan, bayi mati dalam kandungan, serta mengalami kelainan pertumbuhan atau cacat.

Selain wanita hamil, resiko terburuk toksoplasma juga bisa dialami oleh orang terkena hiv/aids, orang yang mengkonsumsi obat kortikosteroid atau imunosupresif jangka panjang, serta orang yang sedang menjalani kemoterapi.

Bahkan orang yang imunnya kuat pun dalam kasus tertentu bisa terkena resikonya.

Lantas, resiko toksoplasma bagi penderitanya itu kayak apa sih?

Ada perbedaan reaksi yang terjadi saat toksoplasma gondii menjangkiti orang yang memiliki imun kuat dan lemah (ibu hamil dan bayi).

Resiko toksoplasma pada orang yang imunnya kuat

Orang yang imunnya kuat tidak mengalami gejala atau resiko apa-apa ketika terkena toksoplasma karena imun tubuh menekan parasit ini agar tidak aktif. Namun pada kasus tertentu resiko toksoplasma pun bisa muncul. Resikonya bisa berupa:

  • Demam
  • Nyeri otot
  • Kelelahan
  • Sakit tenggorokan
  • Pembengkakan kelenjar getah bening

Resiko ini tidak langsung nampak begitu terkena toksoplasma, tapi bisa setelah beberapa minggu atau bulan setelahnya.

Resiko toksoplasma pada ibu hamil dan bayi yang baru lahir

Hal ini yang menjadi kekhawatiran bagi sebagian besar kaum hawa apakah boleh para wanita hamil memelihara kucing atau tidak karena kucing sebagai inang terbaik dari toksoplasma. Terlebih lagi jika sedang hamil. Sebab ibu hamil yang terkena toksoplasma bisa menularkan parasit ini ke janinnya.

Ibu hamil yang terkena toksoplasma bisa mengalami resiko seperti

  1. Pegal-pegal
  2. Demam
  3. Badan cepat lelah
  4. Sakit kepala
  5. Penurunan penglihatan
  6. Kesulitan bernafas
  7. Gangguan koordinasi
  8. Kejang

Resiko yang dialami sang bayi dalam kandungan tadi sudah kita singgung ya. Sang buah hati bisa mengalami resiko seperti:

  1. Sang ibu bisa mengalami keguguran bayi
  2. Bayi meninggal dalam kandung
  3. Bayi akan mengalami kelainan atau cacat

Bayi yang telah lahir pun juga memiliki resiko. Resikonya antara lain:

  • Kejang-kejang
  • Pembesaran organ hati atau limpa
  • Penyakit kuning pada bayi
  • Ruam kulit
  • Kepala tampak lebih kecil
  • Gangguan pendengaran
  • Gangguan intelektual, serta
  • Infeksi berat pada mata

Jadi, terlihat sekali bahwa toksoplasma ini lebih merugikan pada buah hati yang ada dalam kandungan maupun yang telah lahir.

Hold up! Bagaimana dengan wanita yang ingin hamil tapi sudah terkena toksoplasma?

Apabila wanita terkena toksoplasma sebelum ia melahirkan, toksoplasma dari sang ibu tidak akan menular dan mempengaruhi kondisi sang bayi dalam kandungan.

Alangkah baiknya kamu segera memeriksakan dirimu ke dokter sebelum kamu memutuskan untuk mempunyai anak atau sebelum hamil. Dokter akan memeriksa bagaimana kondisimu melalui tes darah sehingga bisa menyarankan apakah kamu sudah boleh untuk mempunyai anak atau belum nantinya.

tes torch sebelum hamil - Hoax atau Fakta: Larangan Bagi Wanita Hamil Memelihara Kucing
Lakukan tes TORCH lebih dulu sebelum berencana untuk hamil agar tahu apakah saat ini kamu terjangkit Toksoplasma atau tidak.

Sebagian pakar kesehatan berpendapat alangkah baiknya jika kamu menunggu untuk hamil selama 6 bulan sejak kamu melakukan pemeriksaan toksoplasma.

Gimana caranya tahu kita sudah terkena apa belum?

Sobat dokterpet, ketika kamu datang ke dokter, ia akan melalukan sesi tanya jawab mengenai riwayat kesehatanmu. Barulah setelah itu sang dokter akan melakukan tes fisik lengkap dan tes lanjutan seperti:

  • Tes darah untuk mengetahui kadar imun tubuhmu.
  • MRI untuk melihat apakah toksoplasma sudah menyerang otak atau belum.
  • Biopsi otak atau tulang belakang untuk mengetahui keberadaan toksoplasma dalam tubuh.
  • Pemeriksaan TORCH yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi adanya Toksoplasmosis, infeksi lain/other infection, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes simplex virus (disingkat TORCH)

Bagi kalian yang tengah hamil, pemeriksaannya bisa berupa:

  • Amniocentesis

Tes ini dilakukan apabila usia kehamilan diatas 15 minggu dengan mengambil air ketuban ibu hamil sebagai sampel.

Begitu hasil tesnya keluar, baru nanti ketahuan janinnya tertular toksoplasma atau tidak.

  • USG

Merupakan tes tambahan untuk melihat apakah janin mengalami kelainan atau tidak, bahkan pemeriksaan menggunakan USG terus dilakukan bahkan sampai 12 bulan setelah bayi dilahirkan.

Gimana caranya supaya bisa sembuh dari toksoplasma?

Bagi sobat dokterpet yang terkena toksoplasma, jangan khawatir! Kamu bisa sembuh kok.

Dilansir dari halaman Alodokter.com bahwa penyembuhan toksoplasma dapat dibedakan menjadi 3 kategori:

  • pada orang yang memiliki imun tubuh yang kuat,
  • imun tubuh yang lemah tetapi tidak sedang hamil,
  • serta ibu hamil dan bayinya.

Pengobatan toksoplasma bagi orang yang imunnya kuat

Untuk penderita toksoplasma yang memiliki imun tubuh yang kuat dan sedang tidak hamil, maka tidak perlu penanganan secara medis.

Untuk tahu begitu tentunya kamu sudah harus periksakan dirimu terlebih dahulu ke dokter.

Pengobatan toksoplasma bagi orang yang imunnya lemah dan tidak hamil

Disclaimer

Dokterpet tidak pernah memberikan resep atau menyarankan resep obat apapun untuk pengobatan toksoplasma. Hanya dokter yang berkompeten yang bisa melakukan pemeriksaan dan memberikan resep pada pasien (mungkin kamu).

Dokterpet adalah situs dokter hewan sehingga saran pengobatan yang mungkin ada adalah tertuju untuk hewan saja.

Jika kamu memiliki imun yang lemah maka akan timbul gejala-gejala toksoplasma pada tubuh seperti yang diterangkan di sub topik diatas.

Kamu bisa mengonsumsi obat seperti:

  • pyrimethamine untuk menghambat pertumbuhan toksoplasma.
  • sulfadiazine untuk mengobati toksoplasma
  • leucovorin mengurangi obat pyrimethamine, serta
  • azithromycin untuk pasien yang mengalami alergi terhadap sulfadiazine.

Pengobatan toksoplasma bagi ibu hamil dan bayi

Kalau sang ibu terkena infeksi sebelum usia kandungan mencapai minggu ke-16, kemungkinan dokter akan meresepkan antibiotik spiramycin.

Akan tetapi, jika terkenanya saat usia kandungan diatas minggu ke-16, mungkin dokter akan meresepkan pyrimethamine, sulfadiazine, dan leucovorin.

Kasih tahu juga dong cara mencegah toksoplasma itu seperti apa?

Kamu bisa melakukan beberapa langkah di bawah ini untuk mencegah resiko terkena toksoplasma.

15 cara mencegah resiko terkena toksoplasma

Ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan, seperti:

1. Bersihkan kotoran kucing setiap hari

Segeralah bersihkan kotoran kucingmu yang ada di kotak pasir setiap hari.

Mintalah bantuan kepada orang terdekatmu untuk membersihkan kotorannya apabila kamu sedang hamil.

Kalau tidak ada yang bisa dimintai tolong, jangan lupa pakai sarung tangan dan masker sebelum membersihkan kotoran kucing.

Ibu hamil memelihara kucing, wajib gunakan sarung tangan dan masker pada saat ingin membersihkan kotoran kucing agar terhindar dari virus Toxoplasma
Ibu hamil memelihara kucing, wajib gunakan sarung tangan dan masker pada saat ingin membersihkan kotoran kucing agar terhindar dari virus Toxoplasma

Kalau bisa sarung tangan sekali pakai biar kamu nggak repot harus mencucinya.

Dan jangan lupa untuk tetap cuci tangan setelah membersihkan kotoran kucing.

2. Pakailah sarung tangan saat memegang tanah

Tanah seringkali digunakan sebagai tempat menguburkan kotoran oleh hewan, termasuk kucing.

pakai sarung tangan sebelum memegang tanah - Hoax atau Fakta: Larangan Bagi Wanita Hamil Memelihara Kucing

Oleh karena itu, biasakan memakai sarung tangan sebelum memegang tanah.

3. Masaklah daging sampai matang

Daging mentah seringkali menjadi tempat bakteri, kuman, maupun parasit hinggap.

Maka dari itu, masaklah daging yang kamu punya sebelum kamu mengonsumsinya agar kuman-kuman atau parasit yang ada di dalamnya pada mati semua.

Eh, tapi tunggu, bukankah virus Toxoplasmosis ini hanya ada pada kucing ya?

Tidak juga lho… Memang inang terbaik virus ini adalah kucing, tapi virus ini menjangkiti hewan apa saja (termasuk manusia). Coba perhatikan siklus hidup virus Toxoplasma pada artikel ini.

4. Cucilah sayur dan buah sebelum dikonsumsi

Pernah nggak sih melihat orang langsung gigit buah yang baru dipetik dari atas pohon? Cara ini sebenarnya tidak baik karena di buah itu banyak sekali kuman-kuman, bakteri, atau parasit yang menempel.

cuci bersih sayuran sebelum memakannya - Hoax atau Fakta: Larangan Bagi Wanita Hamil Memelihara Kucing

Kuman-kuman itu akan langsung berpindah dari kulit buah ke saluran pencernaanmu melalui mulut.

Biasakan setiap buah yang kamu petik dan sayuran yang kamu cabut jika kamu menanamnya sendiri kamu cuci terlebih dahulu. Sama halnya dengan buah dan sayuran yang kamu beli di tukang buah, bibi sayur ataupun di mall untuk tetap dicuci terlebih dahulu sebelum kamu konsumsi.

5. Bersihkan peralatan masak setelah digunakan

Peralatan masak termasuk salah satu alat yang seringkali melakukan kontak dengan daging, sayur maupun buah.

Kuman atau parasit bisa berpindah dari sayur, buah ataupun daging ke peralatan dapur yang tadi dipakai.

Oleh karena itu, ingatlah untuk selalu mencuci peralatan tersebut setelah selesai digunakan.

6. Hindari meminum susu kambing yang belum diolah

Alasannya sama dengan poin nomor 3.

Virus ini bisa menjangkiti hewan apa saja, bahkan dia bisa hidup sementara pada tanaman. Coba perhatikan siklus hidup virus Toxoplasma pada artikel ini.

7. Tutupi bak pasir tempat anak-anak bermain

Pasir merupakan salah satu tempat selain tanah untuk kucing menguburkan kotorannya.

tutup kotak pasir anak - Hoax atau Fakta: Larangan Bagi Wanita Hamil Memelihara Kucing
Selalu tutup kotak pasir tempat bermain anak jika mereka sudah selesai bermain.

Kalau sobat dokterpet punya bak pasir untuk tempat main anak, sebaiknya bak pasirnya ditutup dengan rapat setelah selesai bermain agar tidak dijadikan tempat buang kotoran kucing.

8. Cuci tanganmu dengan sabun setelah menyentuh kucing

Kebersihan perlu sobat dokterpet perhatikan karena tangan erat kaitannya dengan mulut.

Tangan yang masih kotor jika bersentuhan dengan mulut bisa membuat bakteri dan parasit yang menempel pada tangan berpindah ke mulut.

Karena itu, sering-seringlah cuci tanganmu pakai sabun setelah menyentuh kucing.

9. Jangan biarkan kucingmu berkeliaran di luar rumah

Jagalah kucingmu agar mainnya hanya di dalam rumah.

Kalaupun harus keluar rumah, misalnya harus mengajaknya jalan-jalan agar tidak bosan di rumah, kamu harus ada disampingnya untuk tahu apa saja yang dilakukan kucingmu.

10. Jauhkan kucingmu dari area dapur dan ruang makan

Selain menutup makanan rapat-rapat, usahakan kucingmu tidak berkeliaran disekitar dapur atau ruang makan.

Meskipun kucingmu itu tipe rumahan, tetap saja ada kemungkinan si kucing menularkan bakteri atau parasit tidak langsung ke kamu, tapi lewat makanan.

11. Hindari melakukan kontak dengan kucing liar

Seperti yang disinggung diatas kalau kucing yang suka keliaran di luar atau yang hidup di jalanan itu gampang sekali terkena penyakit, termasuk toksoplasma.

Kita nggak tahu mereka ngapain aja di luar sana. Makan apa saja, bersih atau nggak.

Maka dari itu, sebaiknya kita tidak menyentuh kucing yang hidupnya di luar rumah yang biasanya sih kucing-kucing nggak punya pemilik atau nggak ada yang memelihara.

12. Hindari memungut kucing jalanan untuk dipelihara

Sebenarnya memungut kucing liar untuk dipelihara itu tujuannya baik.

Kita nggak tega ngeliat mereka hidup di jalanan makanya timbul niat kita untuk membawanya ke rumah untuk dipelihara.

Tapiiii….

Kita juga harus mempertimbangkan aspek kesehatan diri kita juga.

Jangan sampai karena niat mulia kita justru membuat kita malah sakit.

Kalau memang ingin memelihara kucing jalanan, segeralah bawa ke dokter hewan untuk dilakukan pemeriksaan setelah kamu pungut dia.

13. Jauhkan alas kaki dari jangkauan kucing

Merapikan alas kaki seperti sepatu atau sandal dan menaruhnya kembali ke raknya itu bagus.

Sebab alas kaki yang tidak dirapikan bisa dijadikan tempat tidur kucing atau tempat ia buang air.

14. Berikan makanan yang higienis untuk kucingmu

kucing putih melihat makanan kucing yang sehat - Hoax atau Fakta: Larangan Bagi Wanita Hamil Memelihara Kucing

Berikan kucingmu makanan kaleng atau biskuit kucing daripada daging mentah.

15. Periksakan kucingmu ke dokter

Periksakan kucingmu sesekali ke dokter itu juga penting lho.

Dengan begitu, kamu bisa tahu kondisi kucingmu itu gimana. benar-benar sehat bebas dari penyakit atau nggak.

Kalau kucingmu sehat, kamu pun senang pastinya.

So, wanita hamil pelihara kucing itu boleh ya!

Terjawab sudah pertanyaan diatas mengenai apa boleh wanita hamil memelihara kucing.

Sobat dokterpet masih bisa dekat-dekat kucing dan nggak perlu sampai membuang kucingmu ketika lagi hamil.

Karena pasti sulit banget mau jauh-jauh apalagi sampai membuang kucing yang sudah kita pelihara terlebih lagi kita sudah menganggap anak bulu jadi bagian dari keluarga kita kan.

Sumber Tulisan
Dokter Pet hanya menggunakan sumber tulisan berkualitas, termasuk jurnal ilmiah, untuk mendukung fakta pada tulisan kami dan menjaga artikel Dokter Pet akurat, handal dan dapat dipercaya.

Alodoc (2022). Toksoplasmosis.
Centers for Disease Control and Prevention (2022). Toxoplasmosis: Pregnancy FAQS
Union Lake Vetenary Hospital (2022). Is it safe for pregnant woman to have a cat?

[dipi_reading_progress_bar bar_animation=”striped” bar_bg_color=”RGBA(255,255,255,0)” bar_color=”gcid-95a05b24-2c6b-4231-bd6b-8fb74c086724″ bar_striped_color=”#F5ECE8″ _builder_version=”4.18.0″ _module_preset=”default” global_colors_info=”{%22gcid-95a05b24-2c6b-4231-bd6b-8fb74c086724%22:%91%22bar_color%22%93}”][/dipi_reading_progress_bar]
[dipi_text_highlighter text_highlighter_text=”Peraturan” text_highlighter_suffix=”Komentar!” highlight_shape=”circle_2″ stroke_color=”#f2beae” _builder_version=”4.18.0″ _module_preset=”default” all_text_text_color=”gcid-95a05b24-2c6b-4231-bd6b-8fb74c086724″ highlighted_text_font=”|800|||||||” highlighted_text_text_color=”gcid-95a05b24-2c6b-4231-bd6b-8fb74c086724″ sufix_text_text_color=”gcid-6956b91d-f244-466d-9669-f54caa4da332″ global_colors_info=”{%22gcid-95a05b24-2c6b-4231-bd6b-8fb74c086724%22:%91%22all_text_text_color%22,%22highlighted_text_text_color%22%93,%22gcid-6956b91d-f244-466d-9669-f54caa4da332%22:%91%22sufix_text_text_color%22%93}”][/dipi_text_highlighter]
Harap jangan menanyakan keadaan darurat atau pertanyaan medis khusus lainnya tentang hewan peliharaan di kolom komentar!

Sebagai sumber informasi online, Dokter Pet tidak dapat dan tidak memberikan nasihat atau konseling medis khusus. Pemeriksaan fisik menyeluruh, riwayat pasien, dan hubungan antara dokter hewan-pasien-klien diperlukan untuk memberikan nasihat medis khusus.

Kalau kamu khawatir hewan peliharaanmu mengalami keadaan darurat atau jika kamu memiliki pertanyaan medis khusus terkait dengan kondisi medis hewan peliharaanmu saat ini, silakan hubungi atau kunjungi dokter hewan terdekat.

0 Komentar

Kirim Komentar